"Induk itik sedang mengerami telurnya. Telur itu menetas
dan anak-anak itik keluar satu persatu, tapi seekor anak itik berbeda
dengan lainnya. Rupanya buruk sekali. Karena merasa berbeda, Ia berlari
sejauh mungkin, dan bersembunyi di balik alang-alang." (Si Itik Buruk Rupa, Hans Cristian Andersen)
Berbeda dengan empat kabupaten lain di Daerah Istimewa
Yogyakarta yang subur nan hijau, Gunungkidul adalah perbukitan kapur
tandus yang selalu dilanda kekeringan. Berada di pesisir selatan Pulau
Jawa, Gunungkidul merupakan sisa lautan di masa silam. Manusia-manusia
awal di sini bersaudara tua dengan manusia ras Australoid dari
Pegunungan Sewu di wilayah Pacitan yang datang melalui jalur lembah
karst dan Bengawan Solo purba menuju Gunungkidul di akhir zaman
pleistosen sekitar 700 ribu tahun lalu.
Bentang alam Gunungkidul adalah pesona tiada dua. Mulai
dataran tinggi vulkanis, derasnya sungai bawah tanah, kegelapan goa
vertikal maupun horizontal, hingga eksotisnya deretan pantai pasir
putih. Semua tersedia! Berpuluh tahun diselimuti kabut tentang misteri
pulung gantung, tanah yang tandus, serta kekeringan yang kerap melanda,
kini Gunungkidul mulai menampakkan diri. Memperlihatkan surganya yang
selama ini tersembunyi. Si itik telah menjelma menjadi angsa yang cantik
jelita.
Sumber: http://www.yogyes.com/id/yogyakarta-travel-guide/beautiful-gunungkidul/
0 komentar:
Posting Komentar